BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
Halusinasi adalah keadaan
seorang individu yang mengalami suatu perubahan pada jumlah atau pola stimulus
yang diterima, diikuti dengan suatu respon terhadap stimulus tersebut yang
dihilangkan, dilebihkan, disimpangkan, atau disukakan.(Judith M,Wilkson,2009).
Halisinasi adalah persepsi
sensori yang keliru melibatkan panca indera dalam skizofrenia, halusinasi
pendengaran merupakan halusinasi yang paling banyak terjadi (ANN Isacs Alih
Bahasa dean praty Rahayu,2010).
B.
Psikodinamika
1. Etiologi
Secara pasti yang menyebabkan
terjadinya halusinasi belum diketahui namun ada beberapa teori yang
mengungkapkan tentang halusinasi (Stuart 2008) antara lain:
a. Teori
Interpersonal
Halusinasi
berkembang dalam waktu yang lama dimana seseorang mengalami kecemasan yang
berat dan penuh stress.Individu akan berusaha untuk menurunkan kecemasan itu
dengan menggunakan mekanisme koping yang biasa digunakan, namun bila
situasitidak dapat ditangani maka individu tersebut akan melanin,
berangan-angan sehingga individu akan lebih sering menyendiri dan merasa senang
dalam dunianya tanpa menghiraukan orang lain dan lingkungan sekitarnya.
b. Teori
Psikoanalisa
Halusinasi merupakan pertahanan ego
untuk melawan rangsangan dari luar yang ditekan
dan mengancam diri akhirnya muncul dalam alam sadar.
c. Faktor
Genetika
Gen mempengaruhi belum diketahui,tetapi
hasil studi menunjukan bahwa factor
keluarga menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit,ini
dibuktikan dengan pemeriksaan kromosom tubuh,indensi sangat tinggi pada anak dengan satu atau
kedua orang tua yang menderita atau anak
kembar identik.
2. Proses
terjadinya masalah
Halusinasi dapat terjadi karena respon biologis terhadap stress
meningkat bila terjadinya penurunan stabilitas,perpisahan dari orang yang
sangat penting.Suasana yang terisolasi di sertai terbatasnya kemampuan individu
dalam memecahkan masalah sehingga dapat meningkatkan kecemasan yang
mengakibatkan lepasnya zat halusinogik neurokimia sehingga akan menyebabkan
gangguan dalam putaran otak dalam menghadapi rangsangan,sehingga individu tidak
mampu mengontrol pikiran,perasaan dan perilakunya.
3. Jenis-jenis
Halusinasi
a.
Halusinasi pendengaran atau auditori
Gangguan
yang seolah-olah mendengar suara paling sering suara orang yang dapat berkisar
suara yang sederhana, sampai suara orang yang berbicara mengenai klien,klien
mendengar orang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh klien dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu dan kadang-kadang melakukan yang berbahaya.
b.
Halusinasi penglihatan atau visual
Halusinasi yang
merupakan stimulus penglihatan dalam
bentuk pancaran cahaya,gambaran geometric,gambar kartun atau panorama yang
luas dan kompleks,penglihatan dapat
berupa suatu yang menyenagkan atau yang menakutkan.
c.
Halusinasi penciuman atau olfaktori
Halusinasi
yang seolah-olah mencium bau busuk, amis atau bau yang menjijikan
(darah,urin,atau peces).
d.
Halusinasi pengecap atau gustatorik
Halusinasi
yang seolah-olah merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan.
e.
Halusinasi peraba dan taktil
Halusinasi yang
seolah-olah mengalami sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat,
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati, atau orang lain.
4. Tahap
Halusinasi(Keliat, 2006).
a.
Tahap pertama
Memberikan rasa nyaman tingkat ansietas
sedang.secara umum halusinasi merupakan suatu kesenangan dengan karakteristik sebagai
berikut: Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan kekacauan, mencoba
berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas serta pikiran dan
pengalaman sensori masih dalam control kesadaran non psikotik.
Perilaku
klien: tersenyum, berbicara sendiri, mengenalkan diri tanpa suara, menggerakan
mata yang cepat dan berkonsistensi.
b.
Tahap kedua
Menyalahkan,
tingkat kecemasan berat. Secara umum Halusinasi menyebabkan rasa antipasti
denagan karakteristik sebagai berikut: Pengalaman sensori menakutkan, merasa
dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut, mulai merasa kehilangan
control,menarik diri dari orang lain.
Perilaku
klien:terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah,
perhatian dengan lingkungan berkurang, konsentrasi terhadap lngkungan
sensorinya, kehilangan kemampuan membedakan halusiasi dengan realita.
c.
Tahap ketiga
Mengontrol
tingkat kecemasan berat. Pengalaman halusinasi tidak bisa ditolak dengan
karakteristik sebagai berikut: Klien menyerah dan menerima pengalaman persesi
sensori (halusinasi), isi halusinasi menjadi aktivitas, kesepian bila
pengalaman sensori berakhir.
Perilaku
klien:perintah halusinasi ditaati sulit berhubungan dengan orang lain,perhatian
terhadap lingkungan berkurang,tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
d.
Tahap Keempat
Klien
sudah dikuasai halusinasi:Klien panic,resiko tinggi mencederai,agitasi
ketaatan,tidak mampu meresponterhadap lingkungan.
5. Komplikasi
Adapun
komplikasi yang dapat terjadi atau muncul karena halusinasi diantaranya adalah:
a.
Munculnya perilaku untuk mencederai diri
sendiri,orang lain dan lingkungannya yang
diakibatkan diri persepsi sensori persepsi tanpa adanya stimulus
eksternal.
b.
Klien dengan halusinasi membatasi
dirinya dengan orang lain karena tidak peka, terhadap sesuatu yang nyata dan
tidak nyata.
C. Rentang
Respon neurologi ( Stuart dan sundeen
2008:302)
Respon
Adaptif Respon maladaptive
-
Pikiran logis - Pikiran terkadang menyimpang - Kelainan pikiran
- Pikiran akurat - Ilusi -
Halusinasi
- Emosi
konsisten - Emosional
berlebihan - Tidak mampu
mengatur
dengan pengalaman emosi
- Perilaku
sesuai - Perilaku aneh - Perilaku
tidak terorganisir
- Hubungan
social - Menarik diri - Isolasi
social
1. Respon
adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial budaya yang
berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan :
a. Pikiran
logis adalah yang mengarah pada pengalaman
b. Persepsi
akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi
konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman ahli
d. Perilaku
sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalaam batas kewajaran
2. Respon
psikososial
a. Proses
pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
b. Ilusi
adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (Objek nyata) karena rangsangan panca indera
c. Emosi
berlebihan yang berkurang
d. Perilaku
aneh adalah sikap tingkah laku yang melebihi batas kewajaran
e. Menarik
diri yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain
3. Respon
mal adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang
dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan
a. Kelainan
pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial
b. Halusinasi
merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak
realita atau tidak ada
c.
Kerusakan proses emosi adalah perubahan
sesuatu yang timbul dari hati
d.
Perilaku yang tidak terorganisir merupakan
perilaku yang tidak teratur
D.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan (Stuart
Sundeen 2009 : 305)
a.
faktor Predisosisi
factor predisposisi yang mungkin mengakibatkan gangguan orientasi
realita adalah aspek biologis.
1) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak
atau susunan saraf pusat dapat menimbulkan gangguan orientasi realita
(halusinasi) seperti hambatan perkembangan otak khususnya korteks frontal,
temporal daan limbic.
Gejala yang mungkin muncul adalah
habatan dalam belajar,bicara daya ingat a mungkin muncul perilaku menarik diri
atau kekerasan.
2)
Psikologis
Keluarga,pengasuh dari
lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.Sikap atau
keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realita adalah penolakan
dapat dirasakan dari ibu,pengasuh atau teman yang bersikap cemas tidak
senssitif atau bahkan terlalu melindungi.Pola asuh pada anak-anak yang tidak
adekuat misalnya,tidak ada kasih sayang.Diwarnai kekerasan,ada kekerasan
emosi,konflik dan kekerasan dalam keluarga (pertengkaran rumah tangga) merupakan lingkungan resiko gangguan
orientasi realita.
3)
Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya
dapat pula mempengaruhi gangguan orientasi realitas,seperti kemiskinan,konflik
sosial budaya (peperangan,kerusakan,kerawanan)kehidupan yag terisolasi disertai
stress yang menumpuk.
b. Faktor
Presipitasi
1) Biologis
Stresor
biologis yang berhubungan dengan respon neurobilogi yang maladaptive termasuk gangguan dalam
putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi dan abnormalisasi pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menghadapi rangsangan.
2)
Stres Lingkungan
Secara
biologis menetapkan terdapat ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadi gangguan perilaku.
3)
Pemicu Gejala
Pemicu
yang biasanya terdapat pada respon Neurobiologi yang maladaptive berhubungan
dengan kesehatan ( gizi buruk, infeksi)lingkungan ( rasa bermusuhan/lingkungan
yang penuh kritik, gangguan dalam hubungan interpersonal) sikap dan perilaku
(keputusan dan kegagalan).
c. Manifestasi
Klinis ( Stuart dan Sundeen 2009:306-307)
1)
Halusinasi Pendengaran
a.
Melirikan mata kekiri dan kekanan
seperti mencari siapa atau apa yang sedang
dibicarakan.
b.
Mendengarkan dengan penuh perhatian pada
orang lain yang sedang tidak berbicara atau pada benda mati seperti mebel.
c.
Terlibat perakapan dengan benda mati
atau dengan seseorang yang tidak tampak.
d.
Menggerak-gerakan mulutvseperti sedang
berbicara atau sedang menjawab suara.
2)
Halusinasi penglihatan
Adapun perilaku yang
dapat teramati sebagai berikut :
a.
Tiba-tiba tampak gagap, ketakutan atau
ditakuti oleh orang lain,benda mati atau stimulus yang tidak Nampak.
b.
Tiba-tiba berlari keruang lain.
3)
Halusinasi Penciuman
Adapun perilaku yang dapat teramati sebagai
berikut :
a. Hidung
yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
b. Menghindari
bau tubuh
c. Menghindari
bau udara ketika sedang berjalan kedaerah lain
d. Merespon
terhadap bau dengan panic,seperti mencium bau api atau darah
e. Melempar
selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang memadamkan api.
4)
Halusinasi Pengecap
Adapun perilaku yang dapat teramati sebagai berikut
:
a.
Meludahkan makanan atau minuman
b.
Menolak makanan atau minuman
c.
Tiba-tiba meninggalkan meja makan
5)
Halusinasi Peraba
Adapun perilaku yang
dapat teramati sebagai berikut:
a.
Menggosok-gosokan tangan/kaki/wajah
b.
Merasakn sesuatu yang beralam
d.Mekanisme
Koping
1) Regresi
Menghindari
stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali seperti perilaku
perkembangan anak (Berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menanggulangi ansietas.
2) Proyeksi
Keinginan
yang tidak dapat ditoleransi,mencurahkan emosi pada orang lain karena kesalahan
yang dilakukan diri (sebagai upaya untuk menjelaskan kerancauan persepsi)
3)
Menarik Diri
Reaksi
yang ditampilakan dapat berupa reaksi fisik maupun psikolgis,reaksi fisik yaitu
individu pergi atau lari menghindari sumber stressor,misalnya menjauhi
polusi,sumber infeksi gas beracun dan lain-lain,sedangkan reaksi psikologis
individu menunjukan perilaku apatis,mengisolasi diri,tidak berminat,sering
disertai rasa takut dan bermusuhan.
E. Penatalaksanaan
Medis
Gangguan sensori persepsi: Halusinasi
pendengaran termasuk dalam kelompok
penyakit skizofrenia,maka jenis penatalaksanaan yang bisa dilakukan
adalah:
1. Psikofarmaka
Psikofarmaka adalah terapi dengan
penggunaan obat ,tujuannya untuk menghilangkan gejala,ganggua jiwa,adapun yang
tergolong dalam pengobatan psikofarmaka:
a.
Clorpromazine (Cpz)
Aturan
pakai : 3 x 25 mg / hari kemudian dinaikan sampai batas
normal
Indikasi : Untuk pengobatan psikos
Efek
samping : Hipotensi,aritimia,takikardia,penglihatan
kabur dan sindrom perkinson
b.
Trifluoperasin (Stelazine)
Aturan
pakai : 3 x 1 sampai 5 mg /
hari dosis setinggi 50 mg / hari
Indikasi
: Diberikan kepada
klien dengan gangguan mental organic dengan gejala psikolik yang menarik diri
Efek
samping : Ekstrapiramidal
c.
Triosidiasin ( Meleril)
Aturan
pakai :
Tergantung pada berat ringan gejala,gangguan yang ringan 50-70 mg / hari
Indikasi :
Untuk keadaan psikosis,kecemasan dan refleksi cemas
Efek
samping :
Hipotensi dan gangguan fungsi liver
d.
Diazepam (valium)
Aturan
pakai :
5 s/d 10 mg hari akan mengatasi gejala
ansietas akut dalam 1 jam dosis teratur 2 sampai 20 mg / hari
Indikasi : Psikoneurosis Ansietas
Efek
sampai : Pada awalnya timbul rasa ngantuk terapi
toleransi timbul setelah beberapa hari
e.
Halloperidoll (Haidol Serenace)
Aturan
pakai : 5 s/d 10 mg / hari secara intramuscular dan
dapat diulang 2-4 jam,dosis oral 5 s/d 20 mg / hari
Indikasi : Bukan saja untuk mania tetapi juga pada
skizofrenia
f.
Trihexyfenidil (THP)
Aturan
pakai : 5 s/d 10 mg / hari secara intramuscular dan
dapat diulang 2-4 jam,dosis oral 5 s/d 20 mg / hari
2. Therapy Somatik
Terapi
somatic merupakan suatu therapy yang akan dilakukan langsung mengenai
tubuh.Adapun yang termasuk therapy somatic adalah :
a.
Elektro Convulsif Therapy
Merupakan
pengobatan secara fisik menggunakan arus listrik dengan kekuatan 75-100 volt,
cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat dikatakan bahwa terapi ini
dapat memperpendek lamanya serangan Skizofrenia dan dapat mempermudah kontak
dengan orang lain.
b.
Pengekangan atau pengikatan
Pengembangan
fisik menggunakan pengekangannya mekanik seperti manset untuk pergelangan
tangan dan pergelangan kaki sprei pengekangan dimana klien dapat dimobilisasi
dengan membalutnya,cara ini dilakukan pada klien halusinasi yang mulai
menunjukan perilaku kekerasan diantaranya : marah-marah / mengamuk.
c.
Isolasi Sosial
Isolasi
sosial dapat menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien tidak dapat
keluar dari ruangan tersebut sesuai kehendaknya.Cara ini dilakukan pada klien
halusinasi yang telah melakukan perilaku kekerasan seperti memukul orang lain /
teman,merusak lingkungan dan memecahkan barang-barang yang ada didekatnya.
F. Pohon Masalah
Resiko
perilaku kekerasan
Gangguan
Sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
|
Isolasi
Sosial
1.
Diagnosa Keperawatan
a. GSP
: Halusinasi Pendengaran
b. Isolasi
Sosial
c. Resiko
perilaku kekerasan
2. Perencanaan
Keperawatan
a. DX
1 : Gangguan sensori persepsi :
halusinasi pendengaran
TUM
: Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
TUK
: Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Evaluasi
Setelah…..x interaksi klien menunjukan
tanda-tanda percaya kepada perawat
-Ekspresi
wajah bersahabat
-Menunjukan
rasa senang
-Ada
kontak mata
-Mau
berjabat tangan
-Mau
menyebutkan nama
-Mau
menjawab salam
-Mau
duduk berdampingan dengan perawat
-Bersedia
mengungkapkan masalah yang dihadapi
Intervensi
1.
Bina hubungan saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
-
Sapa klien dengan ramah baik secara
verbal maupun non verbal
-
Perkenalkan nama-nama panggilan dan
tujuan perawat berkenalan
-
Tanyakan nama lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai klien
-
Buat kontrak yang jelas
-
Tunjukan sikap yang jujur dan menempati
janji setiap kali interaksi
-
Tunjuka sikap menempati dan menerima
klienapa adanya
-
Beri perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klie
-
Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan
Klien
TUK 2 : klien dapat mengenal
halusinasinya
Kriteria
Evaluasi :
Setelah ….x interaksi klien menyebutkan
-
Isi
-
Waktu
-
Frekwensi
-
Situasidan kondisi yang menimbulkan
halusinasi
Intervensi
-
Adakan kontak sering dan singkat secara
bertahap
-
Observasi tingkah laku klien,terkait
dengan halusinasinya (dengan lihat,penghidu,raba,kecup) jika menemukan klien
yang sedang berhalusinasi.
-
Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu
(halusinasi dengan lihat,penghidu,raba,kecup).
-
Jika klien menjawab ya,tanyakan apa yang
sedang dialaminya
-
Katakana bahwa perawat percaya pada klien mengalami hal tersebut,namun perawat
sendiri tidak mengalaminya.
-
Katakan bahwa ada klien yang mengalami
hal yang sama
-
Katakan bahwa perawat akan membantu
klien
-
Jika klien tidak sedang berhalusinasi
klarifikasi tentang adanya pengalaman halusinasi,diskusikan dengan klien
-
Isi,waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi,siang,sore dan malam)situasi dan kondisi yang menimbulkan
tidak menimbulkan halusinasi.
Kriteria Evaluasi :
Setelah….x
interaksi klien mengatakan perasaan dan responnya saat mengalami halusiasi
-
Marah
-
Takut
-
Sedih
-
Senang
-
Cemas
-
Jengkel
Intervensi
-
Diskusikam dengan klien apa yang
dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan mengungkapkan perasaannya
-
Diskusikan dengan klien apa yang
dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut
-
Diskusikan tentang dampak yang akan
dialaminya bila klien menikmati halusinasi
TUK 3 : Klien dapat mengontrol
halusinasinya
Kriteria Evaluasi :
a.
Setelah…..x interaksi klien menyebutkan
tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya
Intervensi
Identifikasi bersama klien cara tindakan
yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur,marah,menyibukan diri,dll)
b.
Setelah interaksi……….x klien menyebutkan
cara baru mengontrol halusinasi
Interaksi
Diskusikan
cara yang digunakan klien
-
Jika cara yang digunakan addaptif,beri
pujian
-
Jika cara yang digunakan maladaptive
diskusikan kerugian cara tersebut
c.
Setelah……….x interaksi klien dapat
memilih da memperagakan cara mengatasi halusinasi ( dengan
lihat,penghidu,raba,kecap)
Intervensi
Diskusikan
cara baru untuk memutus / mengontrol timbulnya halusinasi:
-
Katakan pada diri sendiri bahwa ini
tidak nyata ( saya tidak mendengar/lihat/peghidu/raba/kecap saat berhalusiasi)
-
Menemui orang lain
(perawat/teman/anggota keluarga) untuk menceritakan tentang halusinasinya
-
Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan
sehari-hari yang telah disusun
-
Meminta keluarga / teman perawat,menyapa
jika sedang berhalusinasi
-
Bantu klien memilih cara yang sudah
dianjurkan dan dilatih untuk mencobanya
-
Bantu klien cara yang sudah dianjurkan
dan dilatih untuk mencobanya
-
Beri kesempatan untuk melakukan cara
yang dipilih dan dilatih
-
Pantau pelaksana yang telah dipilih dan
dilatih jika berhasil diberi pujian
-
Anjurkan klien terapi aktivitas
kelompok,orientasi realita,stimulasi persepsi
TUK 4 : Klien dapat dukungan dari
keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Kriteria Evaluasi:
a.
Setelah…..x pertemuan keluarga,keluarga
menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat buat kontrak dengan
keluarga untuk pertemuan (waktu tempat dan topic)
a. Setelah……x
interaksi keluarga menyebukan pengertian,tanda da gejala proses terjadinya
halusinasi dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi
Intervensi
Diskusikan dengan keluarga pada saat pertemuan
keluarga kunjungan rumah:
-
Pengertian halusinasi
-
Tanda dan gejala halusinasi
-
Proses terjadinya halusinasi
-
Cara yang dapat dilakukan klien dan
keluarga untuk memutus halusinasi
-
Obat-obatan halusinasi
-
Cara merawat anggoata keluarga yang halusinasi
dirumah (diberi kegiatan,jangan biarkan sendiri,makan bersama,berpergian
bersama)
-
Memantau obat-obatan dan cara
pemberiannya untuk mengatasi halusinasi
-
Beri informasi waktu control kerumah
sakit dan bagaimana cara mencari bantuan jika halusinasinya tidak dapat diatasi
dirumah
TUK 5 : Klien dapat memanfaatkan obat
dengan baik
Kriteria
Evaluasi
a. Setelah ….x interaksi klien menyebutkan:
-
Manfaat obat
-
Kerugian tidak minum obat
-
Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek
samping obat
Intervensi
:
Diskusikan
klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat,nama,warna,dosis,efek terapi dan efek
samping penggunaan obat.
b.
Setelah…..x interaksi klien
mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar
Intervensi : Pantau klien saat
penggunaan obat
c. Setelah…..x interaksi klien menyebutkan akibat
berhenti minum obat tanpa kosultasi dokter
Intervensi
-
Beri
pujian jika menggunakan obat dengan benar
-
Diskusikan
akibat berhenti minum obat konsultasi dengan dokter
-
Anjurkan
klien untuk konsultasi kepada dokter / perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
3.
Pelaksanaa
Kegiatan
Implementasi adalah inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam 2001)
Ada
tiga tahapan dalam tindakan keperawatan yaitu:
a. Persiapan
1)
Review antisipasi tindakan keperwatan
2)
Menganalisa dan keterampilan yang
diperlukan
3)
Mengetahui komplikasi yang timbul
4)
Mempersiapkan lingkungan yang kondusif
b. Intervensi
1)
Independen
Suatu kegiatan yang
dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga
kesehatan lainnya
2)
Independen
Menjelaskan
suatu kegiatan yag memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya
3)
Dependen
Berhubungan
dengan pelaksanaan rencana tindakan medis
c. Dokumentasi
Pelaksanaan
tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat
terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan
4.
Evaluasi
Keperawatan
Evaluasi
adalah intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh keberhasilan yang telah dicapai dari dignosa keperawatan, rencana tindakan
dari pelaksanaan.Adapun hal-hal yang dievaluasi pada klien dengan perubahan
sensori persepsi halusinasi bagi klien dan keluarga adalah sebagai berikut:
a. Klien
1) Klien
mampu menyebutkan perasaan saat terjadi halusinasi
2) Klien
mampu membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata
3) Kllien
mampu menjelaskan waktu isi frekuensi muncul halusinasi
4) Klien
mampu menyebutkan dosis,nama,manfaat dan efek samping obat
5) Klien
mampu mengontrol terjadinya halusinasi
6) Klien
mampu untuk tidak melukai diri sendiri,orang lain dan lingkungan
b. Keluarga
1)
Keluarga mampu mengidentifikasi gejala
halusinasi
2)
Keluarga mampu mengetahui cara merawat
klien (cara mengontrol halusinasi dan obat yang diminum
3) Keluarga
memberi dukungan perawatan klien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar